Kasus keracunan gas karbon monoksida beberapa waktu yang lalu, merupakan bukti bahwa gas karbon monoksida atau CO adalah gas yang sangat berbahaya. Karena sifatnya yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, sehingga banyak orang yang tidak mengetahui dan waspada akan keberadaan gas CO.
Menurut dr Budhi Antariksa SpP PhD dari Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta Barat, karbon monoksida (CO) adalah gas yang dihasilkan dari proses bahan bakar yang tidak sempurna. Karbon monoksida ini bersifat tak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mudah larut dalam air, tidak menyebabkan iritasi, beracun, dan berbahaya. Gas karbon monoksida ini pun dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah -129 derajat Celsius dan sifatnya seperti adjektiv stres.
Kendaraan bermotor merupakan sumber polutan karbon monoksida yang utama. Itulah mengapa, di kota besar yang padat lalu lintasnya terdapat banyak sekali gas karbon monoksida. Kadar karbon monoksida dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan di daerah pedesaan. Di daerah perkotaan, kecepatan pembersihan karbon monoksida dari udara sangat lambat.
Begitu pun halnya dengan sumber-sumber penghasil gas karbon monoksida yang berada di pabrik kimia. Di dalam sebuah pabrik kimia terdapat banyak sumber penghasil gas karbon monoksida atau CO. Selain dua sumber polutan terbesar itu, Gas CO juga dapat terbentuk dari benda-benda disekitar kita misalnya pendingin ruangan (AC) atau dari pemanas air pada kasus kematian desainer terkenal Adesagi.
Pada dasarnya, gas karbon monoksida dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna bahan bakar atau bahan yang mengandung atom karbon, seperti LPG, minyak tanah, bensin, kayu, batu bara, dan lain-lain. Namun, karbon monoksida dapat juga dihasilkan dari proses yang melibatkan reaksi kimia, seperti pada reformer di pabrik pupuk.
Pada dasarnya, gas karbon monoksida dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna bahan bakar atau bahan yang mengandung atom karbon, seperti LPG, minyak tanah, bensin, kayu, batu bara, dan lain-lain. Namun, karbon monoksida dapat juga dihasilkan dari proses yang melibatkan reaksi kimia, seperti pada reformer di pabrik pupuk.
Bahaya Gas CO
Karbon monoksida dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dan diapsorpsi di dalam peredaran darah. Pada saat tubuh menghirup gas CO, maka CO akan segera masuk ke dalam darah dan berikatan dengan haemoglobin. Kalau karbon monoksida terhisap ke dalam paru-paru, maka ia akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh kerena CO lebih mudah diikat oleh haemoglobin dibandingkan dengan oksigen atau O2. Akibatnya tubuh akan kekurangan oksigen dan hal ini bisa menimbulkan pusing, sesak nafas, muntah-muntah, kehilangan kesadaran bahkan sampai pada kematian. Ini dapat terjadi karena gas karbon monoksida bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah.
Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses pembakaran tak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon dan reaksi antara diokasida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi. Pada suhu tinggi, karbondioksida terurai menjadi CO dan O.
Secara sederhana, pembakaran karbon dalam minyak bakar terjadi melalui beberapa tahap, seperti 2C + O2 → 2CO, dan 2CO + O2 → 2CO2. Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat, karbon monoksida merupakan intermediat pada reaksi pembakaran tersebut dan dapat merupakan produk akhir jika jumlah O, tidak cukup untuk melangsungkan reaksi kedua. Karbon monoksida juga dapat merupakan produk akhir meskipun jumlah oksigen di dalam campuran pembakaran cukup, tetapi antara minyak bakar dan udara tidak tercampur rata. Pencampuran yang tidak rata antara minyak bakar dengan tempat yang kekurangan oksigen. Semakin rendah perbandingan antara udara dengan minyak bakar, semakin tinggi jumlah karbon monoksida yang dihasilkan.
Gejala Keracunan
Gejala awal yang dialami penderita yang keracunan gas karbon monoksida adalah pusing, rileks, mengantuk, bahkan hampir tak ada tanda sama sekali. Selain itu, ada penurunan kesadaran hingga terjadi banyak kecelakaan, fungnsi sistem kontrol syaraf turun serta fungsi jantung dan paru-paru menurun.
Kalau pun karbon masih bisa diselamatkan, efek keracunan karbon monokosida bisa merusak otak dan sistem saraf, mempengaruhi kelakuan dan tingkat kepintaran, dan pertumbuhannya lambat. Konsentrasi gas karbon monoksida sebanyak 30 ppm, jika dihisap manusia selama 8 jam, menimbulkan rasa pusing dan mual.
Konsentrasi gas karbon monoksida di suatu ruangan akan naik jika di ruangan itu ada orang yang merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas karbon monoksida dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000 ppm selama dihisap. Konsentrasi gas karbon monoksida yang tinggi di dalam asap rokok menyebabkan kandungan karbon monoksida haemoglobin dalam darah orang yang merokok meningkat. Keadaan seperti ini tentu akan membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok dalam waktu cukup lama atau perokok berat, konsentrasi karbon monoksida haemoglobin dalam darahnya akan mencapai sekitar 6,9 persen.
Sementara itu, pengaruh konsentrasi gas karbon monoksida di udara yang mencapai 100 ppm terhadap tanaman hampir tidak ada, terlebih pada tanaman tingkat tinggi. Pasalnya, oksidasi dari senyawa karbon tidak hanya terjadi pada mobil ataupun pembakaran, tetapi juga pada tubuh. Dalam kasus ini, produk dari reaksi sebagian besar berupa CO2, ketika kita akan menghembuskan napas.
Pencegahan
Penyerangan karbon monoksida memang tak dapat diduga. Proses penyerangannya pun begitu cepat, terlebih jika berada dalam sebuah ruangan tertutup. Ada hal yang dapat dilakukan agar kita dapat terhindar dari karbon monoksida.
Pertama, kita melakukan pemeriksaan rutin terhadap sistem pembuangan kendaraan setiap tahunnya. Kebocoran sekecil apapun itu pada sistem pembuangannya bisa memicu gas beracun karbon monoksida masuk ke dalam mobil.
Kedua, jangan pernah menghidupkan mobil di dalam garasi yang tertutup karena karbon monoksida bisa cepat memenuhi ruangan tersebut. Sebaiknya jendela dan pintu mobil dibuka ketika mobil berhenti, sehingga sirkulasi udara berjalan dengan baik dan udara luar bisa menetralisir karbon monoksida.
Ketiga, jika ingin beristirahat dalam mobil, jangan menutup semua kaca dan pintu ketika penyejuk udara masih menyala. Banyak kasus kematian dalam mobil akibat tertidur dan keracunan gas karbon monoksida. Untuk lebih aman sebaiknya memasang alat pendeteksi gas CO di dalam mobil.
CO detector
Keempat, jangan lupa menggunakan masker atau penutup mulut saat mengendarai sepeda motor.
0 comments:
Post a Comment