Danau Unesa Kampus Ketintang belum semegah semegah sekarang, masih baru selesai tahap pembangunan pertama kala itu. Aku memandang pohon yang masih baru ditanam di tengah danau sebagai rumah burung dara. Daun-daunnya mulai bertunas. Sama dengan kisah ini, kenangan-kenangnnya mulai terukir.
Aku dan Leilia memarkir motor di barat danau Unesa, tepat di depan Masjid Baiturrahman Unesa Ketintang yang sebenarnya area terlarang untuk parkir. Lebih mainstream lagi parkirnya tepat dibawah Plang P yang dicoret. Mahasiswa teladan. Diseberang sana Reza dan Lestari berdiri berdua. Aku sempat berfikir, mereka ini pacaran kah? saat pembekalan mereka datang berdua, sekarang ini juga. Aku mulai KEPO
Terpilihnya Syahrezza Nur Pramudya, sebut saja Reza sebagai ketua RT eh ketua PPL ini cukup rumit, gak kalah alotnya sama pemilihan Presiden RI. Kembali Flashback saat pembekalan. Aku menoleh kebelakang pada Arum dan Rini, "Siapa ini Ketua, Sekretaris, sama Bendaharanya ini?". "Kamu sekretarisnya aja Bu", Kata Rini. "Loh, Jangan Aku, Bu Arda aja loh", Aku menolak usulan itu, karna gak yakin dan gak mau ribet. "Bu Arda ketua, kamu sekretaris" Arum menambahkan, dan semua mengamini. Mau tidak mau Aku akhirnya mengiyakan tapi dengan syarat, Arum jadi sekretaris II. Selanjutnya dipilih bendahara, Bibah dari Jurusan Pendidikan Seni Rupa.
Aku menuliskan di lembaran folio, kemudian mengumpulkan kepada Dosen Pembimbing kami. "Mbak, sebaiknya ketuanya yang laki-laki saja". Kami menoleh ke deretan bangku Nomer 5 kebelakang, tempat para makhluk adam ini duduk bergerombol. Gila.. dari 7 orang laki-laki yang hadir gak ada yang mau jadi ketua? cowok-cowok macam apa ini?.
Bangku ke 5 dan ke 6, anak Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Ah.. dari gaya mereka sepertinya tidak menjanjikan. Sejurus kemudian aku menoleh ke Aji, tapi Arum dan Rini memberikan isyarat tidak boleh, Kami menurut saja, toh mereka yang lebih tahu bagaimana Aji. Harapan terakhir ada pada Anak Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Dua orang yang duduk dibangku paling belakang saling berebut menolak. Akhirnya muncul satu nama, Triyas Vonny.
Sesi pertanyaan di buka, anak-anak PPL SMPN 1 Jabon ini cukup aktif juga bertanya daripada anak tetangga sebelah (PPL SMPN 1 Wonoayu) terutama anak Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. "Pak Urip, bla bla bla..." ah, aku lupa apa pertanyaan mereka waktu itu, yang aku ingat sebelum Pak Urip, beliau meminta kita untuk memanggilnya Pak Zaenal, bukan Pak Urip, Zaenal pake E bukan Zainal Pake I.
"Tolong dibuatkan daftar hadir ya mbak". Minta Pak Zaenal. Sebagai pemegang jabatan sekretaris baru, tanganku mulai bekerja, membuat kolom-kolom. Pak Zaenal memanggil kami satu persatu sambil mencatat nama panggilan kami, katanya biasanya ada anak yang namanya Siti Rahmawati atau Siti siapa lah tapi gak mau di panggil Siti, jadi Pak Zaenal mencatat nama panggilan kita agar tidak salah menyebut nama panggilan. Aku sedikit merasa, dan benar saja, nama teraneh adalah Zumrotul Firdaus yang di pangil Zurfi. Hehehe
Sampai di nomor 18, Triyas Vonny.. Pak Zaenal memanggilnya samapai 3x tetapi tak kunjung ada yang mengangkat tangan. "Anaknya tidak hadir Pak", Reza akhirnya angkat bicara. "Loh kenapa ditulis kalau tidak hadir?, ini untuk yang hadir hari ini saja". Reza meminta maaf, Dia fikir semua anggota PPL di tulis di daftar hadir, baik yang hadir maupun tidak. Amazing, karna memang Dia tidak hadir, lagi-lagi susunan pengurus PPL kami ditolak kembali. Mau tidak mau akhirnya Reza yang kena imbasnya. Selamat jadi kepala suku kami, Za. Auoouoooo...
1 comments:
Situs ini sebenarnya sangat menambah ilmu pengetahuan tapi entah kenapa sepertinya admin telah vacum
Post a Comment